13 November, 2013

Mimpi Seorang Guru Berpetualang Bersama DAIHATSU "Terios 7 Wonders Sahabat Petualang"

Mimpi Seorang Guru Berpetualang Bersama DAIHATSU "Terios 7 Wonders Sahabat Petualang"
Oleh : Iwan Sumantri

"Daihatsu Terios Impian Seorang Guru" (Foto Dok.Pribadi)
Setahun yang lalu, tepatnya hari Kamis, 15 November 2012 saya mengikuti lomba blog Mobil Sahabat Petualang bertajuk “Terios 7 Wonders, Sumatera Coffee Paradise”. Alhamdulilah hasilnya saya mendapatkan Sebuah Mainan Daihatsu Terios yang sampai sekarang saya simpan dan jadi mainan serta harapan kelak dikemudian hari bisa terwujud menjadi Daihatsu Terios yang terparkir di depan rumahku...semoga harapan itu bisa jadi kenyataan. Selain itu miniatur Daihatsu Terios tersebut  menjadi kenangan terindah selama jadi blogger. Saking berharap dan memimpikan memiliki mobil Daihatsu Terios tersebut ,saya akhirnya  berpetualang bersama Daihatsu Terios 7 Wonder Sahabat Petualang dalam sebuah mimpi seorang guru.

Inilah mimpi petualangan tersebut dengan diawali sebuah video tentang New Daihatsu Terios 2013 :



Hari Pertama : Selasa, 1 Oktober 2013 

Tepat jam 08:00 tanggal 1 Oktober 2013 saya beserta rombongan   #terios7wonders sudah berkumpul di Bellanova Sentul untuk memulai jelajah ke 7 destinasi yang kami sebut Hidden Paradise di Pulau Jawa hingga Pulau Komodo. Total rombongan yang ikut ada 24 orang terdiri dari 7 blogger ( Mba Mumun, Mba Luci, Mas Wira Nurmansyah, Mas Bambang, Mas Puput, Mas Haris Maulana dan Mas Giri) 7 media, 7 driver dan sisanya tim pendukung yang akan menggunakan mobil Daihatsu Terios TX terbaru. Saking barunya km-nya aja baru 7 km, jok masih terbungkus plastik dan baunya masih bau showroom. Inilah perjalan perdana saya mengelilingi Nusantara.

Opening Ceremony di Daihatsu Vehicle Logistic Centre 
dilepas oleh manajemen ADM


Rombongan memulai tur 14-hari ini dengan berkumpul di Sentul City, Bogor, dengan mengarah ke Sukabumi dan berakhir di Sawarna, Lebak, Banten, di hari pertama ini. Daihatsu Terios 7-Wonders Hidden Paradise merupakan rangkaian tur dari PT Astra Daihatsu Motor (ADM) untuk menguji ketangguhan dari Daihatsu Terios dan mengeksplorasi sejumlah lokasi wisata yang masih tersembunyi di Jawa, Bali, Lombok dan Flores.

Tidak lama setelah start, rombongan yang menjadi penumpang langsung disajikan dengan jalanan berkelok di daerah Ciawi dan perbukitan Sukabumi. Tanjakan dan turunan yang cukup terjal dengan mudah dan nyaman dapat dilalui oleh Terios yang dibekali mesin 1500cc VVTi.

Setelah melewati Sukabumi dan menuju daerah Palabuhan Ratu (daerah yang biasa saya lewati) yang semakin jauh dari kota, rasa bosan mulai melanda karena sudah tidak adanya siaran radio yang bisa dijangkau. Namun untungnya kebosanan bisa segera hilang karena tersedianya fitur koneksi USB, Aux dan MicroSD yang memungkinkan kami untuk mendengarkan musik langsung baik dari MP3 player maupun smartphone.

Melewati wilayah perbukitan di Palabuhan Ratu, rombongan dimanjakan dengan keindahan pemandangan pesisir pantainya yang dapat dilihat di sepanjang jalan menuju pantai Sawarna. Pantai Sawarna sendiri akhir-akhir ini mulai tenar sebagai salah satu lokasi favorit berselancar bagi para wisatawan domestik dan asing.

Keindahan pantai yang masih bersih membuat rombongan memutuskan untuk menikmati terbenamnya matahari, sekaligus bermalam untuk beristirahat sebelum melenjutkan perjalanan di kemudian hari. Perjalanan hari kedua akan menempuh rute terjauh sepanjang 600 kilometer menuju Yogyakarta dan Jawa Tengah.



Daihatsu Terios Menikmati Senja di Pantai Sawarna

Hari Kedua : Rabu, 2 Oktober 2013

Hari ke-2 perjalanan Terios 7 Wonders dilanjutkan dengan perjalanan panjang menuju Jogjakarta. Dari Sawarna start dimulai jam 6 pagi. Karena masih pagi dan jalanan masih kosong dalam waktu 2 jam sudah sampai di Palabuhanratu. Kemudian dilanjutkan melalui jalan Cikembar menuju Sukabumi, Cianjur dan masuk tol Padalarang - Bandung - Cileunyi. Ini rute yang sudah biasa saya lalui, benar-benar petualangan yang menyenangkan

Rencana semula akan istirahat makan siang di Banjar, namun karena waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 ketika melewati Cileunyi akhirnya diputuskan mempercepat makan siang di Rumah Makan Ampera, Dangdeur, Cileunyi. Kesempatan ini kami manfaatkan juga untuk melakukan sholat dzuhur dan menjama sholat ashar. Satu jam kemudian perjalanan dilanjutkan melalui Nagreg, Tasikmalaya, Banjar, Ciamis dan saat hari mulai gelap kita sudah memasuki Propinsi Jawa Tengah.

Penjalanan lanjut terus melalui Cilacap, Purwokerto hingga Banyumas. Disini kami kembali istirahat dan makan malam di Rumah Makan Pringsewu Sumpiuh. Sambil menunggu hidangan, saya sempat mencoba sebuah kursi pijat elektrik, kurang lebih 15 menit mencoba, rasa pegal dan penat hilang dalam sekejap. Ditambah lagi dengan mencoba terapi ikan dengan mencelupkan kaki di kolam ikan yang berada di rumah makan tersebut, walau awalnya geli, namun lama kelamaan asyik juga ketika ikan-ikan kecil menggigiti kaki-kaki. Tidak tau yang digigit itu kulit yang kotor atau kulit yang sudah rusak, namun rasanya bikin nyaman. Dan ketika hidangan sudah tersaji, baru saya angkat kaki dari kolam walaupun sebenarnya masih betah digelitikin ikan.


Istirahat Dulu Di Tugu Yogyakarta

Perjalanan kembali dilanjutkan ketika jam menunjukkan pukul 21.30. Melewati kota Purworejo, Sleman dan akhirnya tepat 01.30 akhirnya tiba juga di Kota Jogjakarta setelah melakukan road trip selama kurang lebih 16 jam!

Perjalanan yang mengasyikan dan seperti nyata menikmati indahnya nusantara negeri tercinta kita ini.

Hari Ketiga : Kamis, 3 Oktober 2013

Perjalanan dimulai dari Hotel Amaris, Jogjakarta dan mampir ke showroom Daihatsu di Jalan Raya Magelang. Tim menunggu dan bertemu sejumlah perwakilan dari Daihatsu dan Gubernur Jogjakarta yang akan bertolak ke Merapi.
Perjalanan dari kota Jogjakarta menuju Desa Kinahrejo ditempuh kurang dari 60 menit berkat kondisi lalu lintas yang masih terbilang lengang di pagi itu. Sesampainya di lokasi, rombongan disambut dengan alunan musik gamelan Jawa beserta tarian Kuda Lumping.

Acara diisi dengan sambutan yang disampaikan oleh sejumlah perwakilan dari ADM dan tim CSR-nya, berikut beberapa pejabat wilayah setempat seperti perwakilan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Bupati, dan Kepala Dusun. Usai sambutan seluruh tamu undangan dan peserta tour secara bergilir melakukan penanaman 10.000 pohon secara simbolik untuk menghijaukan kembali desa yang sempat terporak-porandakan akibat musibah meletusnya Gunung Merapi pada November 2010.

Seusai menanam pohon dan makan siang, tim memutuskan untuk mengunjungi kediaman almarhum Mbah Maridjan, sang juru kunci Gunung Merapi, sekaligus melakukan Lava Tour di Desa Cangkringan yangberada di kaki Gunung Merapi. Di sana terdapat bangkai sebuah mobil dan sejumlah sepedamotor yang hancur akibat terjangan ‘wedhus gembel’ alias awan panas saat bencana terjadi.

Perjalanan Lava Tour Cangkringan diwarnai tanjakan terjal dengan permukaan berpasir. Tim sangat beruntung karena mengendarai SUV tangguh dan handal.
Dalam beberapa kesempatan Terios yang tim kendarai sempat kesulitan untuk melewati tanjakan terjal akibat tebalnya pasir di permukaan jalan, namun pada akhirnya satu-per-satu mobil dari rombongan sukses melewati rintangan ini. Selama ‘offroad’ debu-debu beterbangan hingga mengganggu pemandangan.
Setelah selesai ‘bermain’ di medan menantang di Cangkringan, tim memutuskan untuk kembali ke penginapan sore harinya dan beristirahat. Hari ini (4/10), konvoi menuju Malang, Jawa Timur.


Daihatsu Terios Jinakkan Medan Offroad Kaki Merapi

Hari Ke Empat : Jumat, 4 Oktober 2013

Dan bisa dibilang tidak ada yang istimewa dari rute perjalanan sepanjang 342 km ini karena medannya terbilang biasa saja. Namun, keakraban dan kehangatan di antara para peserta, yang akrab dengan sebutan Sahabat Petualang Terios, semakin terasa.

Selama di perjalanan, rombongan bersama para Sahabat Petualang lainnya yang tersebar di 7 mobil Daihatsu Terios ini saling berkomunikasi melalui perangkat radio handy-talky yang disediakan di setiap mobil oleh panitia untuk memastikan agar perjalanan kami selalu kondusif dan sesuai dengan rencana.

Untuk menghilangkan rasa jenuh akibat panjangnya perjalanan, tidak jarang rombongan memanfaatkan radio HT untuk mencairkan suasana, seperti saling bercanda, membuat tebak-tebakan, bahkan ada yang mencoba untuk menggoda dua lady blogger yang menjadi peserta. Mereka ikut perjalanan dengan tujuan mengeksplorasi sejumlah surga pariwisata tersembunyi di Indonesia.

Dengan begitu, perjalanan panjang di atas SUV 7-penumpang dari Daihatsu ini dari pagi hingga malam pun terasa semakin menyenangkan. Malamnya, rombongan akhirnya tiba di kota Malang dan menuju ke penginapan setelah makan malam sebelumnya.
Hari ini (5/10) perjalanan akan dilanjutkan menuju Tengger di kawasan Gunung Bromo. Naik-naik ke puncak gunung lagi…


Kehangatan Daihatsu Terios 7 Wonders Hidden Paradise

Hari Kelima : Sabtu, 5 Oktober 2013
Sabtu pagi 5 Oktober 2013 adalah hari ke-5 perjalanan kami yang bertajuk Terios 7 Wonders “Hidden Paradise”. Hari ini akan mengunjungi Ranu Pani, sebuah danau (ranu) seluas 4 hektar tempat yang berada di kaki Gunung Semeru yang juga merupakan salah satu tempat tinggal suku Tengger. Sebelumnya kami mengunjungi tuan rumah Daihatsu Malang dan mendapat sambutan yang cukup meriah. Menjelang siang kami berangkat melalui daerah Kabupaten Lumajang. Walau jaraknya cukup dekat, berdasarkan data GPS adalah sekitar 51 km, namun untuk menuju kesana ternyata harus melalui jalan yang melingkar dan berliku. Ditambah dengan kondisi jalan yang berbatu dan rusak.

Saat perjalanan, kami cukup senang ketika melihat penampakan Gunung Semeru dari kejauhan. Namun keberadaan Gunung tersebut kadang ada, kadang menghilang. Kadang berada di kiri jalan, kadang ada di kanan jalan. Hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang berliku-liku (jangan berpikiran mistis dulu :)

Hari mulai gelap saat memasuki kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dimana Ranu Pani berada. Selain Ranu Pani ada juga danau lain yang berada di kawasan taman nasional ini yaitu Ranu Kumbolo. Pasti ingat kalau sudah nonton film 5 CM. Ya betul, tempat tersebut adalah salah satu tempat syuting film tersebut.

Dan akhirnya sekitar jam 7 malam kami tiba di Ranu Pani. Segera kami semua menggunakan jaket tebal karena dingin sudah mulai menusuk tulang. Kami disambut oleh tokoh masyarakat setempat dan langsung disiapkan hidangan santap malam. Tanpa sungkan kami pun melahap dengan nikmat. Segera setelah itu kami siap-siap untuk menginap di tenda yang sudah disiapkan ditepi danau Ranu Pani. Kami menyebutnya tenda sejuta bintang, karena langit sangat cerah saat itu dan jutaan bintang begitu bersinar di atas langit. Segera kami abadikan momen indah dengan mengambil tripod untuk mendapat hasil yang maksimal.

Setelah selesai acara hunting foto, acara dilanjutkan dengan api unggun di tepi danau. Beberapa teman sudah banyak yang tidur. Menjelang tengah malam saya pun mulai memasuki tenda untuk beristirahat. Dingin semakin menusuk. Jaket dan sarung tangan tidak sanggup menahan dingin yang mencapai sekitar 5 derajat celcius itu.
 
Walau kantuk masih mendera, terpaksa diabaikan karena mendengar suara teman-teman yang sudah bangun di pagi hari untuk mengejar sunrise. Dengan wajah bantal kupaksakan untuk ikut bangun agar tidak melewatkan momen sesaat itu. Alangkah kagetnya ketika keluar tenda langsung disajikan pemandangan indah Danau Ranu Pani karena semalam ketika datang sudah gelap dan tidak melihat kondisi danau secara keseluruhan.

Melihat keindahan dan ketenangan salah satu “surga tersembunyi” ini rasanya ingin lebih lama tinggal di tempat ini, namun jadwal sangat padat dan destinasi lain sudah menanti untuk dikunjungi. Tepat pukul 10 pagi, setelah memberikan sedikit kenang-kenangan berupa peralatan kebersihan untuk penduduk Desa Ranu Pani, kami beriringan kembali menuju destinasi berikutnya : Baluran.


Malam Sejuta Bintang di Ranu Pani
Hari Keenam : Minggu, 6 Oktober 2013

Dari Ranu Pani kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya yaitu Taman Nasional Baluran yang berada di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Karena kondisi cukup lelah dan kurang tidur, sepanjang perjalanan tertidur cukup lama dan terbangun ketika sudah ada di Kota Jember dan jadwal makan siang. Setelah selesai perjalanan dilanjutkan melewati daerah Bondowoso dan selepas maghrib kita sudah memasuki kota Situbondo. Tidak berapa lama kami sudah memasuki kawasan Taman Nasional Baluran.


Ternyata setelah memasuki Gerbang TN Baluran untuk mencapai tujuan perlu melintasi jalan sepanjang 12 km yang bisa ditempuh dalam waktu 30 menit, karena kondisi jalan kurang bagus. Dan akhirnya tepat pukul 8 malam kita sudah tiba di pesanggrahan Bekol tempat kami akan menginap. Sajian makan malam penuh selera sudah tersaji dan tanpa dikomando kita langsung menyerbu makanan tersebut.

Setelah istirahat mandi kami ditawari untuk melakukan safari malam untuk melihat kehidupan malam para hewan penghuni Baluran. Tentu saja kami bersedia, walau badan masih pegal-pegal. Masalahnya kapan lagi kalau tidak sekarang. Kami berjalan menyusuri jalan sambil diterangi oleh senter sambil berjalan pelan-pelan, karena hewan-hewan tersebut akan takut jika mendengar keributan. Dan benar saja kami melihat kijang yang melintas, monyet yang sedang bergelantungan, bahkan burung yang melintas di depan saat kami berjalan. Satu jam kami habiskan untuk ber safari malam. Saatnya kembali ke Bekol untuk beristirahat dan bangun pagi untuk menyongsong matahari terbit yang konon kabarnya sangat indah untuk diabadikan.

Menuju Baluran "Afrika Van Java "
Hari Ketujuh : Senin, 7 Oktober 2013

Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Namanya diambil dari nama gunung Baluran yang berada di daerah tersebut.Taman ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.

Setelah santap makan malam beberapa Sahabat Petualang memutuskan untuk melakukan Safari Night berjalan kaki di kawasan sabana Baluran di sekitar wisma tempat tim menginap malam itu. Kabarnya di kawasan sabana yang sangat luas ini sering terlihat beberapa ekor rusa dan kijang.


Wilayah Taman Nasional Baluran dijuluki “Africa From Java” dan dibuat sealami mungkin. Praktis tidak ada pencahayaan sama sekali dan tim hanya mengandalkan sorot lampu senter untuk memantau apa saja yang ada di sekitar tim. Tim cukup beruntung karena dapat melihat beberapa ekor rusa yang berkeliaran di alam bebas sedang menjalani aktivitasnya walau hanya dari jarak jauh.


Esoknya, tim kembali ke sabana untuk menyaksikan indahnya pemandangan di alam liar saat matahari terbit. Momen ini pun tidak disia-siakan oleh tim untuk mengabadikannya dengan kamera masing-masing.
Setelah itu tim kembali ke wisma dan sarapan. Tim pun melanjutkan perjalanan 14 hari tim untuk meninggalkan pulau Jawa dan menuju Pulau Dewata



'Mengintip’ Sekelompok Rusa di Africa from Java

Hari Kedelapan: Selasa, 8 Oktober 2013

Kondisi jalan akses keluar-masuk Taman Nasional Baluran yang dipenuhi bebatuan kerikil akibat rusaknya lapisan aspal menjadi medan pembuktian ketangguhan dari Daihatsu Terios. Dengan nyaman dan mulus rombongan melalui jalan berlubang-lubang dengan kecepatan hingga lebih dari 40 km/jam sambil melibas tikungan-tikungan landai.

Hal itu membuat rombongan yang saat itu berada di kursi penumpang depan merasa seolah-olah sedang berada di salah satu etape WRC. Sekeluarnya dari kawasan Taman Nasional Baluran, rombongan kembali dihadapi oleh lintasan berkelok-kelok hingga Banyuwangi namun dengan permukaan aspal jauh lebih mulus.


Setibanya di pelabuhan Ketapang, rombongan pun menyebrang ke Bali menggunakan kapal ferry. Sampai di pelabuhan Gilimanuk, rombongan langsung merapat ke rumah makan terdekat untuk mengisi perut.


Sajian ayam betutu, kuliner khas Bali, langsung menyapa rombongan di saat santap siang tersebut. Makan siang selesai, rombongan melanjutkan perjalanan meninggalkan Gilimanuk menuju Kuta.


Kembali, jalan naik-turun berkelok rombongan jumpai di sini. Namun bedanya, rombongan harus menghadapi kondisi lalu lintas lebih padat yang sedikit menghambat laju Sahabat Petualang Terios7Wonders. Tidak jarang kendaraan besar seperti bis tidak mau mengalah.


Setelah senja rombongan pun tiba di Kuta dan langsung menuju penginapan untuk beristirahat. Sayang sekali waktu rombongan di Bali sangat singkat, karena rombongan sempat berniat untuk berjalan-jalan di salah satu kota di Indonesia yang paling dikenal di kalangan internasional.
Tapi apa boleh buat, mengingat esok paginya rombongan harus kembali bertolak menuju Mataram.



Daihatsu Terios Sejenak Menikmati Indahnya Pulau Dewata
Hari Kesembilan : Rabu, 9 Oktober 2013

Rabu (9/10) pagi dari penginapan di kota Mataram, rombongan 7 unit Daihatsu Terios memulai tur di hari ke-9 menuju Sade. Sade adalah sebuah dusun di desa Rambitan, Pujut, Lombok Tengah, yang dihuni oleh penduduk asli Pulau Lombok, yaitu suku Sasak. Karena masih kuatnya adat suku Sasak yang dipertahankan oleh para penghuninya, Dinas Pariwisata setempat menjadikannya sebagai desa wisata.

Setibanya di Sade, rombongan Sahabat Petualang Terios disambut oleh alunan musik dan tarian tradisional Kedang Belek berupa 2 buah drum besar dimainkan oleh 2 musisi, yang diiringi oleh musik gamelan. Selanjutnya rombongan disuguhi oleh pertunjukan Peresehan, tradisi setempat berupa perkelahian antara dua pria menggunakan tongkat rotan panjang dan perisai yang terbuat dari kulit sapi. Awalnya kegiatan ini merupakan bagian dari peperangan namun saat ini hanya dilakukan untuk menghibur wisatawan.

Rombongan diajak untuk berkeliling desa Sade dengan panduan dari salah seorang penduduk asli. Sebagian besar suku Sasak bekerja sebagai petani, sedangkan sebagian besar penduduk wanitanya memiliki keahlian dalam membuat kain tenun.
Ada satu hal yang unik dari desa Sade adalah cara penduduknya membersihkan lantai rumah mereka dengan menggunakan kotoran kerbau. Menurut mereka cara ini lantai rumah dapat lebih hangat dan dijauhi oleh nyamuk.

Selepas dari desa Sade, tim Terios 7 Wonders Hidden Paradise berlanjut mengkuti kegiatan CSR Daihatsu di SMA AL Masyhudien NW Kawo. Lalu mengunjungi Pantai Pink di Tanjung Ringgit.


Tarian Anak Temangus
Hari Kesepuluh : Kamis, 10 Oktober 2013

Hari ke-10 tanggal 10 Oktober 2013 perjalanan kembali dilanjutkan. Setelah check out dari Hotel Santika Mataram, tim Terios 7 Wonders tepat pukul 08.00 WITA mulai bergerak menuju dealer Daihatsu Mataram. Kami akan berpamitan sekaligus mengucapkan terima kasih karena sudah melakukan service terhadap 7 Daihatsu Terios sejak semalam. Setelah photo bersama, tim sahabat petualang bergerak menuju Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur. Ke-7 Daihatsu Terios kembali harus naik ferry menuju Pelabuhan Pototano, Sumbawa.

Dalam waktu 1, 5 jam tim sudah tiba di Pulau Sumbawa. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, waktunya istirahat dan makan siang. Karena perjalanan kali ini cukup panjang, diputuskan untuk segera mencari rumah makan terdekat, tidak jauh dari pelabuhan kami menemukan sebuah warung makan sederhana.
Setelah selesai istirahat makan siang perjalanan kami lanjutkan dengan pemandangan di sebelah kiri laut dan sebelah kanan perbukitan. Hingga menjelang malam kami putuskan untuk berhenti di sebuah lapangan sepakbola. Disana banyak sekali anak-anak sedang bermain, saat kami datang mereka terlihat senang dan antusias menyambut kedatangan kami, padahal ini adalah acara spontan dan tidak direncanakan. Kami pun berinisiatif berbagi makanan yang kami punya dengan mereka, dan dengan sedikit malu-malu anak-anak tersebut menerima pemberian kami dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Pemandangan di sekitar lapangan tersebut sungguh menakjubkan. Ada sebuah bukit yang diselimuti oleh awan. Ada juga seekor kuda liar yang sedang makan rumput disekitar lapangan bola. Dan yang menakjubkan adalah tidak lama setelah itu kami menyaksikan sebuah sunset yang indah dibalik bukit.

Perjalanan kami lanjutkan setelah mengabadikan sunset. Kurang lebih 200 km perjalanan kami tempuh dan akhirnya tiba juga di Kota Dompu. Sebelum beristirahat di hotel, kami sempatkan dulu untuk mengisi perut di sebuah rumah makan dengan menu khas ayam taliwang dan makanan laut. Tepat jam 22.00 kami sudah tiba di penginapan Hotel Aman Gati. Kami langsung menuju cottage masing-masing. Sebelum terlelap kami sempat mendengar sayup-sayup suara ombak. Rasanya ingin melihat dari mana asal suara tersebut, namun rasa kantuk dan lelah mengalahkan niat kami. Masih ada hari esok menjelang. Dan dalam sekejap kami semua sudah terlelap.


Menyusuri Pulau Sumbawa



Hari Kesebelas : Jumat, 11 Oktober 2013

Jumat (11/10) pagi, rombongan langsung melanjutkan perjalanan ke kota Bima. Namun sebelumnya rombongan yang mengendarai 7 unit Daihatsu Terios ini terlebih dulu singgah ke desa Palama untuk mengunjungi pemerahan susu kuda liar. Anak-anak sekolah setempat dengan ramah menyambut kedatangan para Sahabat Petualang Terios.

Saat makan siang di tengah perjalanan menuju Bima, rombongan kedatangan tamu puluhan Daihatsu Feroza dari komunitas Feroza Fans Club. Setelah sempat melakukan foto bersama, mereka pun mengawal rombongan kami menuju Pelabuhan Sape untuk kami menyebrang ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur




Hari Keduabelas : Sabtu, 12 Oktober 2013

Kembali suara ombak membangunkan saya dari tidur lelap. Setelah semalam check-in tengah malam (tepatnya dini hari), kini tepat jam 05:30 kami sudah bangun dan harus segera berkemas untuk check out. Sayang juga hotel sebagus ini hanya dipakai 5 jam saja. Sebelum mandi saya bergegas menuju Pantai Pede yang berada di bagian belakang Hotel Luwansa, Labuan Bajo.

Tidak salah saya selalu mengalungi DSLR kemana-mana karena pemandangannya begitu ciamik. Bukan hanya pantai, tapi arsitektur dan lansekap hotel juga cukup baik untuk diabadikan. Ada kolam renang tepi pantai, jadi para tamu cukup bingung ada dua pilihan : mau nyebur di pantai atau kolam renang. Ada juga pemandangan pasir bersisik. Sebelum rusak diinjak tamu segera saja saya abadikan.

Dan ketika ada cafe tepat di bibir pantai, sekalian saja langsung sarapan, biar nanti balik ke kamar langsung packing dan check out. Saat traveling dengan itinerary padat memang harus bisa mengatur waktu sefleksibel mungkin. Setelah semua berkumpul di lobby seperti biasa diadakan briefing sebelum memulai aktifitas. Hari ini kami para blogger harus berpisah dengan tim yang sama-sama berangkat dari Jakarta. Blogger dan tim Daihatsu plus media yang baru datang akan melakukan diving dan ber Live on Board (menginap di kapal) di kapal phinisi di sekitar perairan Pulau Komodo.

Sebelumnya diadakan acara pemberian 7 ekor kambing untuk kurban dari tim Daihatsu Terios 7 Wonders yang diwakili oleh pengurus masjid yang berada di dekat tempat kami menginap. Semoga berkah dan bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar saat lebaran Idul Adha nanti. Setelah itu kami mulai bergerak ke Pelabuhan Labuan Bajo



Tim Daihatsu, Media dan Blogger yang ikut dibagi menjadi dua kelompok dan menggunakan dua kapal phinisi yang berbeda, saya dan keempat sahabat blogger laki-laki plus 2 media (Pak Agam dan Dadan) dan Pak Rio dari Daihatsu menggunakan kapal Phinisi Playaran. Sedangkan dua sahabat bloggerwati Uci dan Mumun, media dan tim Daihatsu lainnya menggunakan kapal phinisi Blue Dragon. Kami mulai berlayar bersisian menuju lautan sekitar Pulau Komodo.

Kapal Phinisi Playaran adalah sebuah kapal tradisional jenis phinisi yang dilengkapi oleh mesin. Saat mesin digunakan, layar ditutup. Ada 6 (enam) tempat tidur untuk penumpang dan diatasnya ada sundeck untuk melihat pemandangan dan berjemur. Dan inilah yang membuat kulit kami menjadi lebih hitam.




Hari Ketigabelas : Minggu, 12 Oktober 2013

Alkisah beberapa waktu yang lalu hidup di sebuah desa seorang pemuda yang menikahi seorang wanita bernama Putri Naga yang datang dari negeri seberang. Tidak lama setelah menikah sang putri hamil dan beberapa waktu kemudian melahirkan bayi kembar. Namun kedua anak kembar tersebut berbeda, yang satu berwujud manusia, sedangkan kembarannya menyerupai seekor kadal. Karena malu salah satu anak kembarnya berbeda dengan bayi lainnya, maka anak yang menyerupai kadal dibuang ke sebuah. 

Waktu terus berjalan hingga anak kembar beranjak besar, sampai suatu hari anak tersebut berburu dan hendak memanah salah satu hewan buruannya berupa seekor komodo. Namun saat hendak memanah sang ibu mencegahnya. “Jangan bunuh dia nak, dia adalah saudara kembarmu!” ujar sang ibu. Sang anak tentu kaget dan menjawab, “Mana mungkin bunda aku memiliki saudara seekor komodo?” 

Sang ibu lalu menjelaskan, “Beberapa tahun lalu bunda melahirkan bayi kembar. Dirimu dan komodo itu. Coba lihatlah tangan komodo tersebut dan ada tanda lahir yang sama denganmu!” Dan benar saja ketika diperiksa di kedua tangan mereka terdapat tanda lahir yang sama. Dan akhirnya sang anak tidak jadi membunuh komodo yang ternyata kembarannya tersebut.

***

Itulah sepenggal kisah tentang Komodo dan Putri Naga yang diceritakan oleh Mustaqim salah seorang ABK dari kapal Playaran. Kebenaran cerita tersebut tidak perlu diperdebatkan, namun cerita tersebut cukup melegenda di kalangan rakyat Flores dan sekitarnya. Kisah tersebut terungkap ketika kita sama-sama akan tidur di atas kapal Playaran. Jadi semacam dongeng sebelum tidur. Dan akhirnya kita semua terlelap di atas kapal Playaran.

Saat hari masih gelap terdengar suara mesin dibunyikan. Saya melirik jam dalam kegelapan. Phospor yang tertera di dalam jam sangat membantu untuk melihat dalam gelap. Jam 4 subuh. Tidak lama kapal bergerak pelan. Membelah laut yang sunyu di pelabuhan Labuan Bajo. Saya kembali meneruskan tidur karena rasa kantuk yang masih mendera.

Bunyi bel membangunkan saya. Cukup kaget juga karena bel itu kan tandanya untuk makan. Wah ternyata sudah siang. Sudah jam 7 pagi dan waktunya sarapan. “Kita sudah sampai. Itu Pulau Komodo dan itu Pantai Pink.” ucap seorang ABK. Campur aduk rasanya ketika bangun sudah berada didepan mata sebuah pulau yang menjadi tujuan akhir dari sebuah perjalanan. Pulau Komodo! Tempat yang sangat sering kita sebut selama 13 hari terakhir ini. Akhirnya kesampaian juga! ucap saya dalam hati.

Kami segera menuju dapur dan menyantap sarapan pagi yang sudah dihidangkan oleh sang juru masak. Entah kapan orang ini masaknya, tiba-tiba semua hidangan lengkap tersaji di meja dapur. Ada nasi goreng, aneka buah, roti, kopi dan teh. Kami semua menyantap dengan lahap sambil melihat dari kejauhan sebuah pantai yang pasirnya berwarna merah muda. Cukup lama kami berada di tempat itu, sambil menunggu kedatangan kapal “Blue Dragon” satu persatu kami mandi dan berkemas-kemas.

Saat “Blue Dragon” sudah tiba, dengan menggunakan boat kecil semua tim merapat ke Pantai Pink dan kami semua tidak kuasa untuk mencebutkan diri ke dalam air yang sangat jernih. Seperti air kolam renang yang baru dikuras. Bening. Dan ketika mencelupkan kepala ke dalam air, terhampar sebuah pemandangan dalam laut yang menakjubkan. Tidak perlu diving untuk melihat keindahannya, cukup snorkeling di sekitar Pantai Pink ini. Semua tersaji dengan indah. Indah sekali.

Cukup penasaran juga kenapa pantai ini berwarna pink. Saya ambil pasirnya dan ternyata ada butiran-butiran berwarna merah. Ternyata itu adalah pecahan dari karang-karang yang sudah mati dan hancur, lalu terbawa oleh ombak dan menyatu dengan pasir pantai. Beberapa teman sudah beranjak dari dalam laut dan mulai menjelajahi tempat di sekitar pantai. Ada yang sudah naik bukit di bagian kanan. Karena penasaran saya pun keluar dari pantai dan ikut naik ke atas bukit dan sesampainya diatas sama terhampar keindahan yang begitu menakjubkan sepanjang 360 derajat. Saya hanya bisa mengucap syukur.

Kami semua harus kembali ke kapal karena ada acara lain menanti di dermaga Pulau Komodo. Saat memasuki kawasan dermaga, nampak dari kejauhan sebuah kapal barang yang sudah bersandar di dermaga dan saya cukup takjub karena dibagian buritannya terdapat mobil yang selama ini menemani perjalanan kami selama 13 hari terakhir. Ya, disana ada sebuah mobil Daihatsu Terios yang terikat dalam kapal barang tersebut. Akhirnya misi utama yaitu membawa mobil tersebut sampai ke Pulau Komodo berhasil. Namun mobil tersebut tidak sampai diturunkan ke dermaga, apalagi sampai dihidupkan, karena takut mengganggu ekosistem di Taman Nasional ini. Beberapa ABK cukup takjub dengan kehadiran mobil di Pulau Komodo karena selama ini tidak pernah ada mobil yang sampai di dermaga ini. Jadi bisa saja ya Daihatsu Terios ini masuk MURI sebagai mobil pertama yang merapat di dermaga Pelabuhan Pulau Komodo.

7 destinasi sudah kami singgahi mulai dari Sawarna, Banten - Merapi, Jogja - Ranu Pani, Semeru - Baluran, Banyuwangi - Sade Rembitan, Lombok - Dompu, Sumbawa hingga puncaknya di Taman Nasional Komodo yang merupakan salah satu dari new 7 wonders yang diakui oleh dunia. Menyambangi pantai-pantai yang tersembunyi. Merasakan dinginnya kawasan Gunung Semeru. Mendalami budaya Lombok. Menyelami laut perairan Pulau Komodo. Semua keunikan dari “hidden paradise” sudah kami lalui dengan sukses dan selamat.




Hari Keempat Belas : Senin. 14 Oktober 2013

Dengan ini berakhir sudah rangkaian perjalanan yang diikuti oleh 7 jurnalis dan 7 travel blogger dengan 7 unit Daihatsu Terios. Rombongan menempuh jarak lebih dari 2500 kilometer.

Usai tur rombongan pun kembali menyeberang ke Labuan Bajo untuk mengakhiri hari dan beristirahat, sebelum kembali ke Jakarta esok harinya dan mengakhiri rangkaian Terios 7 Wonders Hidden Paradise.

Tanpa terasa saya terbangun mendengar  suara adzan subuh....Subhanallah...waktu telah menunjukkan Pukul 04.15 waktunya untuk melaksanakan Shalat Subuh...tak terasa mimpi itu seperti nyata. 
Mobil Impianku???

Sehabis shalat subuh berjamaah di Mesjid....saya kembali ke rumah dan melihat kehalaman depan rumah....ternyata Daihatsu Terios belum hadir di halaman rumahku. Akhirnya saya segera masuk...Alhamdulillah Mainan Mobil Daihatsu Terios masih ada dan menghiasi rumah sederhana seorang guru matematika di suatu daerah. 
Mainan Mobil Terios Yang  Saya Miliki

Saya bersyukur....walau hanya dalam mimpi saya masih bisa berpetualang bersama DAIHATSU "Terios 7 Wonder Sahabat Petualang".

Terimakasih pada Daihatsu Indonesia dan Pak Harris Maulana yang sudah saya sadur dan kutip, juga foto-fotonya. Mohon maaf jika kurang berkenan. Mudah-mudahan dengan mimpi saya ini para blogger dan saudara ku di negeri ini bisa berpetualang bersama Daihatsu Terios 7 Wonders walau hanya melalui dunia maya.

Salam penuh persahabatan dan perjuangan !

Diakhir cerita mimpi saya mencoba menayangan sebuah Video Terios 7 Hidden Paradise (2013) Karya Blogger Hariis Maulana berikut ini :




Catatan:
Bukti Screenshot :

9 comments:

Unknown said...

wow mimpi berpetualangnya luas biasa ! Semoga mimpinya bisa jadi nyata Pak ! Saya doakan ! Jangan lupa ajak berpetualang dengan Teriosnya jika mimpi itu jadi nyata ! Sukses !

Iwan Sumantri said...

Bu Yani : Makasih atas apresiasinya...senang rasa jika mimpi itu bisa jadi nyata!
Salam sukses kembali buat kita semua !

Krani Pratiwi said...

Mudah2 an Mimpinya bisa jadi nyata Pak...! Petualangnan yang hebat dan mengesankan walau hanya mimpi !

Hammam Pratama Putra said...

Mimpi dan Reviewnya Lengkap !

Iwan Sumantri said...

Anda Krani: Makasih atas apresiasinya...makasih doanya ! Mudah2an Mimpi Bsa Jadi Nyata. Tak sedikit orang berhasil dan sukses juga karena bermimpi ! Sukses buat kita semua !

Iwan Sumantri said...

@Ananda Hammam Pratama P : Makasih atas apresiasinya....lebih lengkap lagi manakala Daihatsu Teriosnya ada di depan rumah !

Unknown said...

Pak Guru tertarik dengan mimpi pak guru..akhirnya saya coba ikutan berpetualang juga....mudah2an ada waktu untuk singgah di http://yanisumantione.blogspot.com/2013/11/perempuan-berpetualang-bersama-daihatsu.html?showComment=1384588099629#c4248890873951164682

Iwan Sumantri said...

@Bu Yani : Makasih Bu sudah terinpirasi dengan mimpi pak Guru ini...Insya Allah saya akan kunjungi tulisan Ibu...Semoga kita bisa sukses semuanya !

Mimpi Seorang Guru Blogger said...

Wah mantap mimpinya pak.. :)