10 November, 2013

Pahlawanku Idolaku

"73 Pejuang Bojongkokosan " Pahlawan Sukabumi Yang terlupakan
 Oleh: Iwan Sumantri

Minggu,10 November 2013 , hari ini saya mencoba berbagi buat para guraru tentang pahlawan. Ada sebuah catatan sejarah besar yang terjadi tidak jauh dari tempatku tinggal sekarang yaitu : ” 73 Pejuang Bojongkokosan ” Pahlawan Sukabumi yang terlupakan. Berikut saya mencoba mengingatkan kembali peristiwa tersebut, mudah-mudahan menjadi bahan inspirasi bagi saya dan rekan guraru lainnya.

"

“Nama-nama Pejuang Yang Gugur Pada Peristiwa Bojongkokosan”

Orang yang tidak tahu sejarah, tidak akan mengerti hari ini, dan tidak memiliki konsep untuk masa depan” Itulah kutipan pernyataan Bapak R.H. Eddie Soekardi pelaku sejarah pada  peristiwa Bojongkokosan .

Setiap tanggal 10 Nopember, di pelataran  Museum Palagan Bojongkokosan yang berada di Jalan Siliwangi No. 75, Desa Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda, Sukabumi, biasa tiap tahunnya Pemda dan masyarakat kabupaten Sukabumi memperingati  Hari Pahlawan di museum tersebut. Sebuah museum yang di bangun sebagai tanda penghargaan bagi para pahlawan yang gugur pada Peristiwa Bojongkokosan yang terjadi tanggal 9 Desember 1945, yaitu pertempuran antara para pejuang Sukabumi melawan tentara Inggris dan NICA.


Saya selaku orang Cibadak , terkesan dan kagum dengan para pejuang peristiwa Bojongkokosan , yang sewaktu duduk di SMP Tamansiswa Cibadak sempat di ceritakan kisah heroik perjuangannya , dan juga langsung mendengarkan serta melihat  kisah perjuangan para pejuang bojongkokosan di museumnya. Sungguh membanggakan orang Sukabumi khususnya, umumnya orang Jawa Barat, ternyata Sukabumi memiliki pejuang-pejuang heroik yang tak kalah dengan daerah lain nya di Nusantara ini. Tapi sayangnya peristiwa tersebut yang merupakan perang besar belum tercatat dalam sejarah nasional bangsa ini. Buktinya di buku-buku pelajaran buat para siswa tidak ada yang secara spesifik menceritakan peristiwa Bojongkokosan.

13516655331807261122 
“Album Kenangan Keluarga Saat berkunjung Ke Meseum Palagan Bojongkokosan”

Oleh karena itu, tidak heran bila sesepuh Tentara Siliwangi sempat menumpahkan rasa sesal. Peristiwa Bojongkokosan yang berlangsung 9 Desember 1945 belum dicatatkan dalam sejarah nasional. Padahal, perang itu sejajar dengan peristiwa 10 November di Surabaya.

Saya berpendapat selayaknya, peristiwa bojongkokosan mendapat perhatian dari pemerintah untuk di jadikan peristiwa sejarah secara nasional dan para pejuang peristiwa tersebut selayaknya di jadikan pahlawan nasional, kenapa tidak, coba kita simak kilas balik sejarah perjuangan peristiwa bojongkokosan yang saya dapatkan cerita dan alurnya sewaktu bekunjung ke museum Bojongkokosan yang di dalam museum tersebut terdapat 4 (empat) buah vitrin, baling-baling dan kaca jendela pesawat, serta foto nama –nama pahlawan yang gugur dalam Peristiwa Bojongkokosan, serta tujuh buah maket yang menggambarkan tentang peristiwa di Bojongkokosan, dari mulai penyusunan kekuatan para pejuang sampai pemakaman Jenazah para pahlawan. 

Berikut kilas balik Peristiwa Bojongkokosan :
Peristiwa heroik itu berawal dari berita yang diterima para pejuang Sukabumi di Pos Cigombong. Ada serombongan truk konvoi sekutu menuju Sukabumi. Mendengar berita itu, Kompi III pimpinan Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan jalan di Bojongkokosan.

Barisan pejuang yang terlibat dalam peristiwa Bojongkokosan diperkuat senjata rampasan dari tentara Jepang. Selain penghadangan laju kendaraan pasukan Sekutu dilakukan pasukan TKR, laskar rakyat seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hisbullah pimpinan Haji Akbar dan Pesindo spontan ikut bergabung.
Selepas salat Ashar, konvoi tentara sekutu datang dari arah Bogor. Mereka diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha. Konvoi itu masuk garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojongkokosan, pejuang dan rakyat melepaskan tembakan. Pasukan TKR dan laskar rakyat melakukan penyerangan secara sporadis.

Menyadari ada serangan, pasukan sekutu bersenjatakan peralatan perang modern melakukan pembalasan. Mereka membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja dan senapan mesin. Balasan serangan sekutu membuat pertahanan pejuang menjadi sasaran lesatan peluru dan mortir.
Para pejuang berhasil lolos setelah beberapa jam melakukan penyergapan. Mereka meloloskan diri dari serangan balasan setelah hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan itu.

Melihat pejuang berhasil lolos, pasukan sekutu marah dan menyerang dengan membabi buta. Karena tidak terima, pejuang dan laskar rakyat kembali melakukan penyerangan terhadap konvoi tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda.

Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung. Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpardi, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur.

Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung itu dibuat gentar. Akhirnya komandan sekutu mengajak berunding dengan pemimpin TKR dan pemerintah setempat. Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel (Letkol) Edi Sukardi, akhirnya disetujuilah usulan gencatan senjata.

Hanya saja, gencatan senjata hanya berlangsung sehari. Tentara sekutu melakukan tindakan tidak terpuji. Tepat 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak. Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton. Serangan pesawat-pesawat tempur itu bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II. Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tetaranya tewas di tangan pejuang dan rakyat”

Pada persitiwa itu, 73 pejuang gugur (nama-nama pejuang sebagian tercatat di museum bojongkokosan). Selama dua jam, para pehlawan gagah berani itu menyergap konvoi militer Inggris yang dikawal beberapa tank jenis Stuart. Konvoi dihadang pasukan Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Sukabumi. Tercatat, 50 orang pasukan sekutu (Inggris) meregang nyawa, 100 lainnya terluka, dan 30 tentara hilang.

Tidak hanya merengut nyawa pejuang, perang Bojongkokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parungkuda, dan Cibadak hingga luluhlantak dan rata dengan tanah.
Sebuah sejarah perjuangan heroik di tanah Cibadak, puluhan pejuang dan ratusan rakyat yang dengan gagah berani memperjuangkan bangsa dan negara ini dengan jiwa raganya. Pembelajaran hidup yang perlu kita teladani dan dijadikan momentum untuk tetap memelihara jiwa dan semangat kepahlawanan pejuang-pejuang bangsa di daerah yang tak kalah heroik dengan semangat kedaerahannya.

Memang, banyak hal yang bisa dipelajari dari generasi pejuang di negeri ini, antara lain semangat berjuang, keikhlasan, keteguhan hati, semangat pantang menyerah, keberanian,  tidak mengejar imbalan dan seterusnya. Kita generasi muda sekarang banyak berhutang kepada generasi pejuang. Generasi yang tidak membutuhkan pamrih, penghormatan, dan fasilitas Negara. Karena berjuang memang butuh kesabaran dan pengorbanan baik harta maupun jiwa raga.

Pada Peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember 2013, saya selaku warga Cibadak berharap dan berdoa khususnya kepada 73 Pejuang Bojongkokosan umumnya semua pejuang dan pahlawan di negeri ini, semoga arwah pejuang-pejuang bangsa ini mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT, dan kepada keluarga nya semoga mereka di beri kekuatan dan keteguhan serta kehidupan yang layak.
Amin !


videokeman mp3
Nothing to Lose – Michael Learns to Rock Song Lyrics

Referensi :
Museum Palagan Bojongkokosan
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Bojong_Kokosan
http://disparbud.jabarprov.go.id

2 comments:

Unknown said...

Setuju Pak Pahlawanku Idolaku !

Hammam Pratama Putra said...

Belajar nilai-nilai kepahlawanan orang Sukabumi harus dari sini Pak !